WordPress semakin populer dan semakin banyak digunakan sebagai CMS ( Content Management System ) untuk membangun situs web baik oleh perusahaan, media online maupun individu. Meski banyak CMS lain yang juga menggunakan PHP sebagai bahasa ( script ) nya, namun popularitas WordPress jauh meninggalkan pesaingannya seperti Joomla, Pyton, Ruby dan lain-lain. Popularitas WordPress sangat didukung dengan banyaknya pilihan alat-alat tambahan ( plugin ) yang dengan mudah bisa diintegrasikan kedalam WordPress.
Contents
WordPress Self Hosting
Jika anda membuat situs web menggunakan CMS WordPress melalui situs wordpress.com ( wordpress.com menggunakan CMS WordPress ), maka plugin yang bisa anda gunakan lebih terbatas kepada apa yang disediakan oleh wordpress.com. Namun jika anda menggunakan CMS WordPress dengan self hosting maka anda dapat secara leluasa memasang plugin apapun yang anda inginkan.
Bahaya plugin pada WordPress self hosting
Pada awal saya belajar menggunakan WordPress self hosting, saya menggunakan plugin sangat banyak macamnya. Awalnya itu bukanlah masalah karena jumlah halaman ( konten ) masih sedikit sehingga pengunjung juga hanya sedikit. Saya memiliki beberapa situs dibuat menggunakan CMS WordPress. Sebagian diantaranya hanya memiliki pengunjung yang sedikit dan relatif tanpa kendala dengan tempat hostingnya. Namun ada salah satu situs saya memiliki tingkat kunjungan yang cukup tinggi. Nah, untuk situs yang memiliki kunjungan tinggi ini mulai sering terjadi masalah.
Umumnya sebagai pemula, kita akan memilih hosting yang berjenis share hosting ( pilihan lain ada dedicated hosting dan vps hosting namun biayanya jauh lebih mahal ). Tentunya pilihan share hosting adalah demi menekan biaya hosting. Namun pada share hosting, pemakain resource di server ( seperti CPU, Memory ) akan dibatasi. Ini dikarenakan pada share hosting semua resource digunakan berbagi dengan situs lain. Pada share hosting, bisa saja ada 1000 ( seribu ) situs menggunakan resource server yang sama.
Penggunaan plugin yang terlalu banyak bisa menyebabkan situs kita sering melampaui batas resource yang dijatahkan untuk situs kita. Situs kita akan menjadi sering error. Plugin yang dipergunakan secara banyak dan tidak hati-hati bisa menyebabkan pemakaian resource oleh plugin mencapai 90% dari keseluruhan waktu pemrosesan agar sebuah halaman tampil di browser pengunjung. Misalnya sebuah halaman baru tampil lengkap di browser pengunjung dalam 30 detik. Waktu yang dihabiskan plugin ( tergantung plugin yang dipakai ) bisa mencapai 27 detik.
Yang lebih gawat adalah jika terlalu sering situs kita memakai resource yang berlebih ( dari jatah yang diberikan ), penyedia jasa hosting bisa menangguhkan ( memutus atau menghentikan sementara ) jasa share hosting kita, sehingga situs kita menjadi tidak bisa diakses alias tidak online untuk sementara waktu.
Untuk mendeteksi plugin mana yang menghabiskan waktu ( atau yang banyak memakai resource server ) secara manual tentunya sangat sulit.
Plugin Performance Profiler (P3)
GoDaddy.com merupakan sebuah perusahaan hosting provider. Banyak situs yang hosting di GoDaddy sehingga GoDaddy sangat memperhatikan pemakaian resource server disamping tetap menjaga loyalitas pelanggannya. Demi tujuan ini, GoDaddy membuat sebuah plugin yang dapat sangat membantu pemilik situs untuk mengidentifikasi pemakain resource oleh plugin yang terpasang pada WordPress Self Hosting. Plugin tersebut diberi nama Plugin Performance Profiler (P3).
Berikut hasil pengetesan oleh Plugin Performance Profiler (P3) pada salah satu situs milik saya.
a. Hasil Pengetesan Awal
- Advanced Metrics
- Runtime by Plugin
b. Hasil pengetesan setelah penggunaan plugin dioptimalkan
- Advanced Metrics
- Runtime by Plugin